Membangun Keunggulan Kompetitif: Pengelolaan Sekolah Model dengan Implementasi Multi Kurikulum (IMK) dan Strategi Total Quality Management (TQM)

Oleh: Suhardin, S.Pd., MM (Kepala SMP Negeri 10 Kota Bima)

Pendahuluan: Sekolah Model di Persimpangan Inovasi

Di era globalisasi dan kompleksitas pendidikan saat ini, sekolah tidak lagi dapat mengandalkan kurikulum tunggal. Setiap sekolah seyogianya harus berani merintis sistem pengelolaan yang inovatif, menggabungkan tiga dimensi kurikulum—Kurikulum Internasional, Kurikulum Nasional, dan Kurikulum Lokal Nggusu Waru yang Islami—dengan Mengimplementasikan strategi manajemen mutu terpadu yang dikenal dengan Total Quality Management (TQM) yang dibangun di atas lima pilar, yaitu: Produk, proses, organisasi, kepemimpinan kolektif kolegial, dan komitmen.

Sistem ini bertujuan melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi global, ditanamkan kuat pada nilai-nilai kebangsaan, serta menjunjung tinggi kearifan lokal yang religius dan berbudaya. Implementasinya memerlukan langkah-langkah pengelolaan yang terstruktur dan komitmen yang kuat dari seluruh pemangku kepentingan.

1. Sistem Implementasi Multi Kurikulum

Pengelolaan multi kurikulum bukan sekedar menggabungkan tiga dokumen, melainkan memadukan filosofi, metodologi, dan asesmen dari masing-masing kurikulum secara harmonis dalam kegiatan belajar mengajar.

A. Kurikulum Internasional (Pola Pikir Global)

Kurikulum Internasional, yang diadaptasi dalam konteks lokal, bertujuan mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah (problem-solving), dan komunikasi lintas budaya. Pengelolaannya fokus pada:

  1. Pengembangan SDM Guru: Pelatihan berkelanjutan dalam pedagogi yang berpusat pada siswa (student-centered) dan penggunaan Bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar dalam mata pelajaran tertentu.
  2. Sumber Belajar: Penyediaan referensi dan media terbuka yang relevan dengan isu-isu global dan kemajuan teknologi.

B. Kurikulum Nasional (Integritas Kebangsaan)

Sebagai landasannya, Kurikulum Nasional menjamin terpenuhinya standar kompetensi minimum, penanaman nilai-nilai Pancasila, serta kesiapan akademik siswa untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Strategi pengelolaannya adalah memastikan:

  1. Kepatuhan Regulasi: Seluruh kegiatan dan dokumen administrasi sekolah sejalan dengan kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  2. Standarisasi Mutu: Menjaga pencapaian belajar yang konsisten dalam mata pelajaran inti.

C. Kurikulum Lokal Nggusu Waru yang Islami (Kearifan & Karakter)

Inilah keunikan sekolah model yang mengedepankan keunggulan kompetitif tanpa mengabaikan budaya lokal. Nggusu Waru (delapan penjuru) yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat Bima yang Islami dan berbudaya. Kurikulum ini fokus pada:

  1. Pendidikan Karakter: Integrasi nilai-nilai keagamaan (Islam) dan budaya Bima dalam setiap mata pelajaran dan kegiatan kokurikuler/ekstrakurikuler.
  2. Pembiasaan Baik: Program harian seperti salat dhuha berjamaah, membaca Al-Qur'an, serta penguasaan delapan pilar Nggusu Waru (tata krama dan adat istiadat Bima) sebagai pembentuk karakter unggul siswa sebagai calon pemimpin masa depan.

2. Strategi Pengelolaan Mutu dengan Total Quality Management (TQM)

Untuk memastikan penerapan multi kurikulum berjalan efektif dan mencapai hasil optimal, perlu menerapkan prinsip Total Quality Management (TQM). TQM adalah pendekatan manajemen yang fokus pada peningkatan kualitas secara terus-menerus melalui partisipasi seluruh anggota organisasi. Dengan demikian TQM merupakan sebuah siklus yang membentuk mata rantai mutu dalam mewujudkan kepuasan pelanggan pendidikan. Kepuasan pelanggan pendidikan bermuara pada produk yang bermutu. Mutu sebuah produk hanya dapat dicapai melalui sebuah proses yang bermutu dengan orientasi "Management by process". Proses yang bermutu hanya dapat terjadi dalam organisasi yang bermutu yaitu organisasi yang menerapkan sistem stafing "The right Man on the right please". Organisasi yang bermutu hanya dapat dikendalikan oleh kepemimpinan kolektif kolegial berlandaskan kompetensi manajerial dan leadership yang mumpuni. Produk, proses, organisasi, dan kepemimpinan akan mencapai mutu yang diharapkan jika setiap orang yang terlibat dalam sistem ini memiliki "komitmen" yang kuat untuk mendermakan dirinya sesuai perannya masing-masing.

A. Fokus pada Pelanggan (Siswa dan Orang Tua)

Dalam konteks sekolah, "pelanggan" utama adalah siswa dan orang tua. Keputusan pengelolaan didasarkan pada kebutuhan mereka, yang berarti:

  1. Menyediakan kurikulum yang relevan dengan masa depan siswa.
  2. Menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan mendukung.
  3. Transparansi dalam komunikasi dan pelaporan hasil belajar.

B. Keterlibatan Total (Jumlah Keterlibatan)

Mutu adalah tanggung jawab kolektif. TQM di sekolah memerlukan:

  1. Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Berkomitmen: Memberi teladan dan memfasilitasi perubahan.
  2. Pemberdayaan Guru: Guru bukan hanya pelaksana, tetapi perancang pembelajaran yang berkualitas.
  3. Partisipasi Staf: Staf administrasi dan kebersihan juga berkontribusi pada mutu layanan sekolah.

C. Peningkatan Berkelanjutan (Perbaikan Berkelanjutan/Siklus PDCA)

Mutu tidak pernah berhenti, karenanya perlu menerapkan siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA) untuk program evaluasi:

  1. Plan: Merencanakan strategi kurikulum dan TQM.
  2. Lakukan: Melaksanakan pembelajaran multi kurikulum.
  3. Periksa: Mengevaluasi efektivitas melalui asesmen siswa, survei kepuasan, dan observasi sejawat.
  4. Tindakan: mengambil tindakan korektif dan penyesuaian untuk perbaikan pada periode berikutnya.

3. Pendapat Para Ahli Pendidikan

Strategi yang kami terapkan selaras dengan pandangan para ahli yang menekankan pentingnya relevansi, konteks, dan mutu terpadu dalam pendidikan modern.

W. Edwards Deming, pionir TQM, menekankan bahwa "Kualitas adalah tanggung jawab dari setiap orang dalam organisasi." Hal ini menegaskan bahwa keberhasilan penerapan multi kurikulum sangat bergantung pada kolaborasi yang solid antara kepala sekolah, guru, staf, dan bahkan siswa. Keterlibatan total adalah kunci.

Prof.Dr.HAR Tilaar, seorang tokoh pendidikan Indonesia, sering menyuarakan pentingnya pendidikan berbasis budaya lokal untuk membentuk identitas bangsa. Implementasi Kurikulum Lokal Nggusu Waru yang Islami merupakan jawaban nyata atas seruan ini, memastikan bahwa kemajuan global tidak mengorbankan akar budaya dan keagamaan siswa.

Sementara itu, pendekatan pendidikan kompetensi global yang didorong oleh OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) melalui program PISA, mendorong sekolah untuk mengadopsi elemen kurikulum internasional. Hal ini memastikan siswa tidak hanya menguasai materi, tetapi juga siap menghadapi tantangan ekonomi dan sosial abad ke-21.

Penutup: Menuju Sekolah Berkeunggulan Holistik

Strategi pengelolaan Implementasi multi kurikulum (IMK) yang didukung dengan penerapan strategi TQM di sekolah model adalah komitmen untuk menciptakan sekolah berkeunggulan holistik.Harapannya tidak hanya menghasilkan siswa yang cerdas secara akademik, tetapi juga siswa yang berkarakter kuat (Nggusu Waru) yang islami, memiliki integritas nasional, dan kompetitif di kancah global.

Inovasi ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan Kota Bima, mencetak generasi emas yang beriman, berilmu, dan berbudaya.